Hardiknas 2023, Mimpi Besar Rumah Singgah Belajar Desa Loa Duri : Ciptakan Generasi Cemerlang Penerus Bangsa

Kegiatan Belajar mengenal huruf dan membaca di Rumah Singgah Belajar Yayasan Borneo Karya Prima Lestari. (Ps/redaksi)

Kukar,Ringkasmedia.net- Hari pendidikan nasional (Hardiknas) merupakan hari nasional tahunan yang diperingati setiap tanggal 2 Mei. Tanggal tersebut dipilih berdasarkan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara selaku Bapak Pendidikan Nasional.

Membahas tentang pendidikan, pendidikan terbagi menjadi dua yaitu formal dan informal.
Dimana pendidikan formal ialah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan perguruan tinggi. Dan pendidikan informal adalah metode pendidikan yang berasal dari keluarga dan lingkungan tertentu pada kegiatan belajar individu yang dilaksanakan dengan sikap yang bertanggung jawab.

Melirik tentang pendidikan informal yang telah dilakukan Rumah Singgah Belajar Yayasan Borneo Karya Prima Lestari, kurang lebih sembilan tahun dengan mencetak generasi bebas buta huruf sejak tahun 2014 silam.

Yayasan Borneo Karya Prima Lestari yang terletak di Jalan Mulawarman RT 09/04, Desa Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara. Menggelar kegiatan belajar mengajar secara sukarela pada anak usia dini.

Sedari belajar baca tulis serta edukasi mengenal lingkungan sosial didapatkan disini.

Kariyati (52) merupakan ketua sekaligus pendiri yayasan tersebut, sedikit membagikan cerita pilu jatuh bangun dalam memperjuangkan hak anak dalam mengenyam pendidikan usia dini, terutama pada keluarga kurang mampu.

Dirinya memiliki mimpi yang besar akan keberlangsungan rumah singgah belajar yang telah dirinya, bersama para pejuang buta huruf hingga hari ini masih dapat memberikan pelayanan terbaik untuk seluruh para anak.

"Mimpi kami punya status hukum yang jelas seperti PAUD atau hingga TK kelak, namun masih banyak kekurangan. Tapi kami pantang menyerah," ungkapnya saat dijumpai Selasa (2/5/2023).
Kegiatan Ekstrakulikuler memasak (Ps/redaksi)

Segala rintangan perlahan sudah dilalui hiruk pikuk kehidupan dan membagi waktu serta peran, antara menjadi seorang ibu rumah tangga sekaligus menjadi ibu dari 45 anak binaan rumah singgah belajar yayasanya. Sudah menjadi rutinitas biasa baginya.

"Kalau nanti mimpi ini terwujud jadi PAUD atau TK,  kami berkomitmen tetap pada niat awal yakni kegiatan sosial yang utama. Disini memang tidak gratis namun seminim mungkin kami menarik iuran yaitu Rp. 40 ribu setiap bulanya," dijelaskan Kariyati.

Lahan seluas 800 meter persegi yang hingga saat ini masih terbangun 50 persen alakadarnya, dijadikannya rumah singgah belajar bagi 45 anak sekaligus tempat tinggalnya bersama keluarga.

"Bangunan ini sudah saya dedikasikan untuk keberlangsungan rumah singgah yang alakadarnya dan kedepanya juga akan membina para ibu-ibu sekitar untuk dapat berkarya yang nantinya memiliki nilai jual dan akan meningkatkan ekonomi keluraga," tuturnya

Dirinya juga menambahkan jika tenaga pengajar di rumah singgah yang ia pimpin ini, tanpa upah sepeserpun.

"Semoga di peringatan Hardiknas tahun ini, semua mimpi dapat terwujud dan menjadi perhatian khusus bagi para pemangku kebijakan," harapnya. (Ps/Ed)

0 Komentar